[1x05-062012]-Kajian Ilmu Ushul Fikih: Mukadimah
Kajian
Ilmu Ushul Fikih: Mukadimah (Bagian 1)
Ringkasan
dari terjemahan kitab Ilmu Ushul Fikih karya Prof. Abdul Wahhab Khallaf,
penerbit Dina Utama Semarang, 1994.
A. Definisi
Sebagaimana
telah disepakati oleh ulama, meskipun mereka berlainan mazhab, bahwa segala
ucapan dan perbuatan yang timbul dari manusia semuanya memiliki hukum di dalam
syariat Islam. Hukum-hukum ini sebagian telah dijelaskan di dalam Al Quran dan
hadis, dan sebagian lagi belum dijelaskan oleh nash dalam Al Quran dan hadis,
namun seorang mujtahid mampu menjelaskan tentang hukum tersebut.
Dari kumpulan
hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan ucapan dan perbuatan manusia,
baik dari kasus yang ada nash untuk menghukuminya maupun yang di-istinbath-kan
dari berbagai dalil lainnya, maka terbentuklah fikih. Jadi, ilmu fikih menurut
istilah syara’ adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang
praktis yang diambil dari dalil-dalil secara rinci.
Para ulama telah
menetapkan bahwa dalil yang dijadikan dasar hukum mengenai perbuatan manusia
dikembalikan kepada empat sumber yaitu Al Quran, hadis, ijma’, dan qiyas.
Asas dalil dan sumber syariat Islam yang pertama adalah Al Quran, kemudian
ditafsirkan melalui hadis terhadap ke-mujmal-annya, mengkhususkan
keumumannya, dan membatasi kemutlakannya. Hadis merupakan penjelas dan
penyempurna Al Quran.
Para ulama juga
telah menetapkan berbagai ketetapan yang harus diikuti mengenai syarat-syarat
ber-istidlal (mempergunakan dalil), macam-macamnya yang bersifat umum,
dan dalalah yang ditunjukkan oleh masing-masing dalil berupa hukum syara’
yang bersifat umum. Kemudian mereka juga telah menetapkan ketentuan mengenai
ijtihad, syarat-syarat ijtihad dan taklid, serta hukumnya.
Dari kumpulan
ketetapan atau kaidah dan bahasan-bahasan yang berhubungan dengan dalil syar’iyyah
dari segi dalalahnya terhadap hukum, dan hukum-hukum dari segi pengambilan dari
dalilnya, serta hal-hal yang berhubungan dengan kedua bahasan itu berupa usulan
dan penyempurnaan, maka terbentuklah ilmu ushul fikih. Jadi, ushul
fikih adalah himpunan kaidah dan bahasan yang menjadi saran untuk mengambil
dalil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia dari dalil-dalilnya
yang terinci.
B. Objek
Objek pembahasan
dalam ilmu fikih adalah perbuatan mukallaf (orang berakal yang sudah
balig) ditinjau dari segi hukum syara’ yang tetap baginya. Contoh yang
dibahas seperti jual-beli mukallaf, sewa-menyewa, pembunuhan, dan
lain-lain. Adapun objek pembahasan ilmu ushul fikih adalah dalil syar’i
yang bersifat umum ditinjau dari segi ketetapan-ketetapan hukum yang bersifat
umum pula. Contoh yang dibahas seperti qiyas dan ke-hujjah-annya,
dalil ‘Amm dan yang membatasinya, perintah (amr) dan dalalahnya,
dan lain-lain.
Nash
yang digunakan untuk pengambilan hukum tidak dalam satu bentuk saja, ada yang
berbentuk amar (perintah), larangan (nahi), ada pula yang
berbentuk umum atau mutlak. Seorang ahli ushul fikih mengolah berbagai
bentuk nash ini untuk agar sampai kepada bentuk hukum umum yang menjadi
dalalahnya. Beberapa kaidah yang dikenal antara lain:
- Perintah adalah untuk kewajiban (الأمر للإيجاب)
- Larangan adalah bentuk pengharaman (النهي للتحريم)
- Sesuatu yang umum mencakup seluruh satuan-satuannya secara pasti (العام ينتظم جميع أفراده قطعاً)
- Sesuatu yang mutlak menunjukkan terhadap satuan secara merata tanpa batasan (المطلق يدل على الفرد الشائع بغير قيد)
C. Tujuan Ilmu Fikih dan Ushul Fikih
Tujuan dari ilmu
fikih adalah menerapkan hukum-hukum syariat atas perbuatan dan ucapan manusia.
Jadi, ilmu fikih merupakan rujukan bagi seorang hakim dalam keputusannya,
rujukan mufti dalam fatwanya, rujukan seorang mukallaf untuk dapat
mengetahui hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan dari
dirinya.
Tujuan dari ilmu
ushul fikih adalah menerapkan kaidah-kaidah dan teori-teori terhadap
dalil yang rinci untuk menghasilkan hukum syara’ yang ditunjukkan oleh dalil
tersebut. Jadi, berdasarkan kaidah dan bahasannya, nash syara’ dapat
dipahami dan hukum yang menjadi dalalahnya dapat diketahui, serta sesuatu yang
dapat menghilangkan kesamaran lafal dapat diketahui. Selain itu, dapat juga
diketahui dalil yang dimenangkan ketika terjadi pertentangan antara dalil yang
satu dengan dalil lainnya. Dengan demikian, ilmu ushul fikih merupakan
landasan dari fikih perbandingan (muqarin).
Keyword: ushul fikih, fikih, kaidah ushul fikih, fiqih, kaidah ushul fiqih, ushul fiqh, abdul wahhab khallaf, definisi ushul fiqih, ilmu fiqih
Keyword: ushul fikih, fikih, kaidah ushul fikih, fiqih, kaidah ushul fiqih, ushul fiqh, abdul wahhab khallaf, definisi ushul fiqih, ilmu fiqih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar