Rabu, 13 Juni 2012

Kajian Ilmu Ushul Fikih: Mukadimah


[1x05-062012]-Kajian Ilmu Ushul Fikih: Mukadimah

Kajian Ilmu Ushul Fikih: Mukadimah (Bagian 1)
Ringkasan dari terjemahan kitab Ilmu Ushul Fikih karya Prof. Abdul Wahhab Khallaf, penerbit Dina Utama Semarang, 1994.

 A. Definisi
Sebagaimana telah disepakati oleh ulama, meskipun mereka berlainan mazhab, bahwa segala ucapan dan perbuatan yang timbul dari manusia semuanya memiliki hukum di dalam syariat Islam. Hukum-hukum ini sebagian telah dijelaskan di dalam Al Quran dan hadis, dan sebagian lagi belum dijelaskan oleh nash dalam Al Quran dan hadis, namun seorang mujtahid mampu menjelaskan tentang hukum tersebut.
Dari kumpulan hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan ucapan dan perbuatan manusia, baik dari kasus yang ada nash untuk menghukuminya maupun yang di-istinbath-kan dari berbagai dalil lainnya, maka terbentuklah fikih. Jadi, ilmu fikih menurut istilah syara’ adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang praktis yang diambil dari dalil-dalil secara rinci.
Para ulama telah menetapkan bahwa dalil yang dijadikan dasar hukum mengenai perbuatan manusia dikembalikan kepada empat sumber yaitu Al Quran, hadis, ijma’, dan qiyas. Asas dalil dan sumber syariat Islam yang pertama adalah Al Quran, kemudian ditafsirkan melalui hadis terhadap ke-mujmal-annya, mengkhususkan keumumannya, dan membatasi kemutlakannya. Hadis merupakan penjelas dan penyempurna Al Quran.
Para ulama juga telah menetapkan berbagai ketetapan yang harus diikuti mengenai syarat-syarat ber-istidlal (mempergunakan dalil), macam-macamnya yang bersifat umum, dan dalalah yang ditunjukkan oleh masing-masing dalil berupa hukum syara’ yang bersifat umum. Kemudian mereka juga telah menetapkan ketentuan mengenai ijtihad, syarat-syarat ijtihad dan taklid, serta hukumnya.
Dari kumpulan ketetapan atau kaidah dan bahasan-bahasan yang berhubungan dengan dalil syar’iyyah dari segi dalalahnya terhadap hukum, dan hukum-hukum dari segi pengambilan dari dalilnya, serta hal-hal yang berhubungan dengan kedua bahasan itu berupa usulan dan penyempurnaan, maka terbentuklah ilmu ushul fikih. Jadi, ushul fikih adalah himpunan kaidah dan bahasan yang menjadi saran untuk mengambil dalil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia dari dalil-dalilnya yang terinci.

B. Objek
Objek pembahasan dalam ilmu fikih adalah perbuatan mukallaf (orang berakal yang sudah balig) ditinjau dari segi hukum syara’ yang tetap baginya. Contoh yang dibahas seperti jual-beli mukallaf, sewa-menyewa, pembunuhan, dan lain-lain. Adapun objek pembahasan ilmu ushul fikih adalah dalil syar’i yang bersifat umum ditinjau dari segi ketetapan-ketetapan hukum yang bersifat umum pula. Contoh yang dibahas seperti qiyas dan ke-hujjah-annya, dalil ‘Amm dan yang membatasinya, perintah (amr) dan dalalahnya, dan lain-lain.
Nash yang digunakan untuk pengambilan hukum tidak dalam satu bentuk saja, ada yang berbentuk amar (perintah), larangan (nahi), ada pula yang berbentuk umum atau mutlak. Seorang ahli ushul fikih mengolah berbagai bentuk nash ini untuk agar sampai kepada bentuk hukum umum yang menjadi dalalahnya. Beberapa kaidah yang dikenal antara lain:
  • Perintah adalah untuk kewajiban (الأمر للإيجاب)
  • Larangan adalah bentuk pengharaman (النهي للتحريم)
  • Sesuatu yang umum mencakup seluruh satuan-satuannya secara pasti (العام ينتظم جميع أفراده قطعاً)
  • Sesuatu yang mutlak menunjukkan terhadap satuan secara merata tanpa batasan (المطلق يدل على الفرد الشائع بغير قيد)

C.  Tujuan Ilmu Fikih dan Ushul Fikih
Tujuan dari ilmu fikih adalah menerapkan hukum-hukum syariat atas perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fikih merupakan rujukan bagi seorang hakim dalam keputusannya, rujukan mufti dalam fatwanya, rujukan seorang mukallaf untuk dapat mengetahui hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan dari dirinya.
Tujuan dari ilmu ushul fikih adalah menerapkan kaidah-kaidah dan teori-teori terhadap dalil yang rinci untuk menghasilkan hukum syara’ yang ditunjukkan oleh dalil tersebut. Jadi, berdasarkan kaidah dan bahasannya, nash syara’ dapat dipahami dan hukum yang menjadi dalalahnya dapat diketahui, serta sesuatu yang dapat menghilangkan kesamaran lafal dapat diketahui. Selain itu, dapat juga diketahui dalil yang dimenangkan ketika terjadi pertentangan antara dalil yang satu dengan dalil lainnya. Dengan demikian, ilmu ushul fikih merupakan landasan dari fikih perbandingan (muqarin).

Keyword: ushul fikih, fikih, kaidah ushul fikih, fiqih, kaidah ushul fiqih, ushul fiqh, abdul wahhab khallaf, definisi ushul fiqih, ilmu fiqih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar