Kamis, 24 Mei 2012

LDR Bikin Galau? Hemm...

[1x03-052012]-LDR Bikin Galau? Hemm...

Long Distance Relationship.. Kumpulan kata ini sering kali dianggap menakutkan oleh sejumlah pasangan, meskipun tak jarang pula banyak pasangan yang sukses menyelami dunia asmara dengan status LDR. Bukan sebuah persoalan berarti sebenarnya baik dalam lingkup LDR ataupun tidak, seandainya masing-masing pihak menyadari posisi, kewajiban, serta tidak menyalahi kepercayaan yang sudah diberikan. Namun, tetap saja susah untuk mengaplikasikan tiap untaian poin kesadaran tadi terutama menurut saya adalah masalah kepercayaan.

Banyak kasus hubungan asmara putus saat berada dalam lingkup LDR dikarenakan tiada kepercayaan antara satu pihak yang di sini dengan pihak yang di sisi jauh. Pihak A menuntut agar sang kekasih yang berada jauh di sana supaya rajin mengirim kabar, meskipun kadang atas kesadaran sendiri untuk mengirim kabar. Sampai tiba suatu saat ketika A menanyakan kabar entah via SMS, e-mail, atau social network, dan sang kekasih hanya menjawab sekenanya saja, lama memberi jawaban, atau bahkan tiada didapatinya jawaban dari sang kekasih. Inilah fase-fase tersulit dalam LDR abad milenium ini.



Dalam kondisi tersebut, kadang tanpa kemakluman dan kesabaran untuk mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya sedang dialami oleh pihak yang menjadi 'terdakwa', pihak 'penggugat' dengan segera menjatuhkan vonis bahwa sang kekasih sudah tidak ada kepedulian lagi kepada dirinya. Beragam alasan bisa dimunculkan, mulai dari lebih sayang kepada tugas/pekerjaan (berdasarkan pantauan melalui status FB/tweet), lebih sayang kepada teman (akibat memantau tiap foto yang di-upload dan ada wajah sang kekasih), sampai adanya pihak ketiga yang memasuki ranah hubungan asmara mereka (berdasarkan pantauan tweet dan timeline FB yang mengindikasikan adanya orang lain yang rajin menulis tentang sang kekasih, ataupun langsung menulis di timeline-nya). Padahal, kenyataan mungkin tidak seperti yang dituduhkan.

Saya tidak pandai untuk mensistemasi poin-poin berupa saran dan tips untuk mengatasi kondisi-kondisi seperti itu. Namun, untukmu yang selalu menuntut kekasihmu yang sedang berada jauh di sana, untukmu yang tak sabaran menunggu kabar kekasihmu, untukmu yang mengaku tak kuat menjalani LDR, wes pokoke dinggo kabeh wae, saya ada sedikit kisah mengenai hubungan asmara antara ayahanda dan ibunda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Cerita ini saya ambil dari buku Keluarga Perempuan Rasulullah - Biografi Para Ibu, Istri, dan Putri Nabi (terjemahan), terbitan Zaman (http://www.penerbitzaman.com/code.php?index=Katalog&op=tampilbuku&bid=109), namun saya coba tulis ulang secara ringkas menggunakan bahasa sendiri. Selamat membaca. :)
------------------------------

Beberapa hari setelah Abdullah bin Abdul Muthalib, ayahanda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, menikah dengan Aminah binti Wahab, beliau bergabung dengan kafilah dagang untuk berangkat ke Syam. Pernikahan yang baru berjalan beberapa hari itu membuat mereka berat hati untuk berpisah. Sebelum akhirnya berpisah, Aminah memegang erat tangan suaminya itu kemudian melepaskannya. Abdullah berucap, "Kepergianku hanya beberapa minggu. Kemudian kita akan bertemu, dan pertemuan itu akan sangat indah." Tak terbayang keromantisan yang terjalin di antara mereka terlebih mereka telah akrab sejak kecil.

Dalam keadaan rindu yang sangat kuat sejak berpisah dengan Abdullah, Aminah sering mendapat bisikan-bisikan halus yang mengabarkan bahwa ia telah hamil dan janin yang dikandungnya kelak akan menjadi pemimpin umat. Hari berganti hari, dan akhirnya sampailah kabar bahwa rombongan dagang telah tiba. Namun, wajah para kafilah itu diam lesu membisu. Abdul Muthalib mengutus anak-anaknya untuk menyambut kedatangan saudara mereka, Abdullah, yang ikut dalam rombongan itu. Namun, mereka tak menemukannya di dalam rombongan. Mereka bertanya, dan salah seorang kafilah mengabarkan bahwa Abdullah sakit di perjalanan, sehingga paman-pamannya memintanya beristirahat di Yatsrib sampai sembuh. Abdul Muthalib lalu memerintahkan al-Haris untuk menjemput Abdullah. Kekhawatiran melanda Aminah, hingga Barakah, pembantu Aminah, harus berkali-kali menenangkannya.Bagaimana tidak, Aminah sedang mengandung janin yang dititipkan oleh Abdullah. Sedangkan Abdullah jatuh sakit dan harus beristirahat di Yatsrib.

Perjalan al-Haris untuk menjemput Abdullah memakan waktu berhari-hari. Beberapa hari kemudian, al-Haris kembali, namun hanya kabar pahit yang dibawanya bahwa Abdullah telah meninggal. Abdul Muthalib dan Wahab, ayah Aminah, menemui Aminah. Mereka berusaha menunduk agar tidak terlihat rona kesedihan, namun bagaimanapun juga Aminah akhirnya harus tahu kabar itu. Tak terbayang, betapa sedihnya ia.

------------------------------
Sudah dibaca? :D Jelek ya ringkasanku, mungkin tidak nyambung juga. Heheheh... Masih belajar.. :)
Saya cuma ingin menyampaikan pelajaran yang saya ambil dari sepenggal kisah di atas.
Dahulu, belum ada teknologi, Aminah harus ditinggal pergi oleh Abdullah untuk berdagang selama beberapa minggu. Tentunya tiada kabar, tiada SMS, tiada e-mail, tiada social network. Bagaimana bisa ia sampai memiliki perasaan kerinduan yang teramat dalam? Sedangkan kita hidup di zaman modern, HP ada, e-mail ada, social network ada, masihkah beberapa dari kita harus menuntut bermacam-macam model pengabaran? Haruskah cinta dan kerinduan tergadai oleh kabar yang tak kunjung tiba? Bersabarlah, ada beragam positif di mana kita bisa menyalurkan kerinduan dengan lebih positif. Berdoalah, menghadap kepada Sang Khalik dengan penuh keridloan, mintakan perlindungan untuk sang kekasih.

Tentunya poin dari saya ini tidaklah dapat dijadikan panutan sepenuhnya, perlu juga kesadaran dari masing-masing pihak untuk saling meluangkan waktu meski hanya 20 menit untuk bicara secara halus, lembut, tiada curiga di hati.


Ahhh.. Embuhlah, ra rupa note-ku yang ini. Lama nggak nulis. Lanjutna dewe. Hahahah.. Nyuwun koreksine nggih... ^_^

Keyword: LDR, long distance relationship, galau, ibu nabi muhammad, aminah, abdullah, kisah nabi muhammad, kisah rasulullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar